7 Pucuk Senjata M 16 Kodim Ketapang Macet Saat Tembakan Salvo
TRIBUNNEWS.COM Empat hari sudah almarhum mantan Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat periode 2005-2009, Heronimus Sintin (66) menempati tempat tinggal terakhirnya di Pemakaman Kristen Payak Kumang, Ketapang, Kalimantan Barat, Sabtu (23/7/2011).
Misteri tidak meletusnya tembakan salvo pada upacra pemakaman militer mantan anggota TNI itu masih menjadi tanda tanya, keluarga, pelayat, serta warga Ketapang yang menghadiri prosesi pemakaman dilakukan secara Katolik sekitar pukul 14.00 WIB itu.
"Apakah ini sengaja direkayasa, atau ada hal lain, sehingga tembakan salvo pada upacara pemakaman itu sama sekali tidak meledak," kata Leo tokoh adat Dayak Ketapang.
Leo mengatakan, semula pihak keluarga menduga tidak adanya letusan dari senapan M 16 diarahkan kelangit tepat di atas makam alm tokoh Ketapang itu merupakan aturan baru pada prosesi pemakaman militer.
"Ketika usai pemakaman, saat ibadah penghiburan di rumah duka, semua memperbincangkan tidak meletusnya senapan itu," tegas Leo.
Pantauan Tribun ketika mengikuti upacara pemakaman tersebut, ratusan pelayat dari berbagai kalangan hadir sebagai penghormatan, tokoh Ketapang yang dianggap banyak berjasa dalam mewujudkan stabilitas Kabupaten Ketapang.
Prosesi pemakaman secara militer dipimpin Danramil Tumbang Titi, dan sebagai komandan upacara Kapten Patilo anggota Kodim 1230 Ketapang.
Tembakan penghormatan militer M 16 dari tujuh anggota TNI bertugas hanya mengeluarkan suara "ketek" dari pemicu, namun tidak meletus.
Tembakan penghormatan ke udara dilakukan dua kali, namun tetap tidak mengelurkan suara letusan. Ratusan warga yang menghadiri semula menganggap tidak meletusnya senapan tersebut memang sesuai rencana, namun puluhan anggota TNI yang bertugas dalam upacara itu getir (sedikit bingung dan takut).
Beberapa di antara mereka ada yang telihat gemetar, ketika hendak memasukan sangkur ke kantong sangkur di pinggul mereka.
Alm Heronimus Sintin meninggal 19 Juli 2011 karena sakit, dan dikebumikan 23 Juli 2011 di Pemakaman Kristen Payak Kumang.
Alm Heronimus Sintin semasa hidup kerap membantu TNI Polri dalam meredakan sejumlah pertikaian di pedalaman Ketapang. Kepiawaiannya berkomunikasi dan ringan tangannya ia sangat disegani, karena kebaikannya.
"Beliau memang tokoh yang sangat berjasa, makanya kami sangat kecewa jika satu peluru pun pihak Kodim tidak mau memberikannya untuk penghormatan terakhir," kata Susilo Aheng juga kerabat almarhum.
Peristiwa tidak meletusnya seluruh senjata anggota TNI Kodim 1203 Ketapang dalam tembakan salvo tersebut mulai diperbincangkan usai pemakaman, Komandan Upacara Pemakaman, Kapten Patilo mengemukakan, proses pemakaman secara militer merupakan sesuatu yang sakral dan tidak boleh digantikan.
Patilo juga menegaskan tujuh senjata yang dipergunakan untuk tembakan salvo tersebut telah diisi peluru hampa yang baru, ia membantah jika dikatakan tidak ada peluru.
"Sebelum upacara dilakukan, segala persiapan telah dilakukan. Termasuk peluru hampa yang baru kami persiapkan, ini di luar akal sehat hingga tembakan ini tidak meledak," kata Patilo kepada Tribun melalui sambungan telepon.
Untuk meyakinkan keluarga, Patilo mengungkapkan anggotanya hingga mengeluarkan peluru dalam senapan M 16 yang dipergunakan untuk penghormatan almarhum.
"Pelurunya ada, tidak kosong semuanya ada peluru, namun ini kejadian luar biasa," pungkasnya.
Peristiwa luar biasa ini beberapa hari terakhir menjadi perbincangan di tengah maysarakat Ketapang, dari mulut kemulut
Comments
Post a Comment